Keuskupan Agung Ende

Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda

Paroki Santo Joanne Baptista Wolosambi

Alamat dan Kontak

Jadwal Misa

Profil Singkat

Paroki Wolosambi resmi berdiri pada tahun 1940, dengan Pastor Paroki Pater Martinus Boots, SVD. Wilayahnya meliputi: Sawu, Lejo dan Maukeli dengan nama pelindung St. Joanne Baptista. Dalam memenuhi keinginan umat untuk memiliki tempat ibadat yang baik, maka pada tahun yang sama dibangun sebuah Gereja. Kepala tukang adalah Bapak Yoseph Keu asal Mataloko dengan kawan-kawannya telah berhasil melaksanakan pekerjaan fondasi, tiang dan setengah tembok. Pembangunan terpaksa dihentikan karena masuknya penjajahan Jepang tahun 1942. Pecahnya perang dunia II dan jatuhnya Indonesia ke tangan militer Jepang membuat pelayan pastoral paroki dan pembangunan terhambat. Hampir semua Pastor Belanda ditawan tentara Jepang termasuk Pater Martinus Boots, SVD. Ia dibuang ke Pare-pare (Sulawesi Selatan). Selama masa penjajahan Jepang ini, untuk sementara Paroki Wolosambi dilayani oleh Pater Suntrup, SVD dan Pater Frans Cornnelissen, SVD, dan dua imam tua dari Seminari Menengah Todabelu Mataloko diperbolehkan tentara Jepang untuk melayani umat.

Syukur kepada Tuhan, setelah kembalinya Pater Martinus Boots, SVD dari tawanan di Pare-pare pekerjaan dilanjutkan. Namun mengingat bangunan yang besar dan biayanya sangat mahal maka pembangunan Gereja masih darurat, yaitu tiang tengah dari pohon kelapa beratapkan alang-alang dan tempat duduk dari belahan bambu. Jatuhnya bom atom di kota Hirosima dan Nagasaki pada tahun 1945 membuat Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Para Pastor yang dibuang dan ditawan tentara Jepang kembali hadir di tengah umat. Pelayanan Pastoral kembali berjalan normal, meskipun banyak kesulitan yang dihadapi akibat luasnya wilayah dan kurangnya tenaga-tenaga pastoral. Selama menjadi Pastor Paroki, Pater Boots dibantu oleh Pater Vandeik, Pater Rozing, Pater Pius Kibo dan Rm. Ferdinandus da Cuncha, Pr.